Snorkeling untuk mengeksplor bawah laut Pulau Peucang merupakan aktivitas pertama yang kami lakukan setelah check-in penginapan, mengingat saat itu sedang hujan. Ada dua spot snorkeling di sekitar pulau yang kami selami, Ciapus dan Suminoh (kalau enggak salah). Kedua spot ini memiliki taman bawah laut dengan berbagai macam terumbu karang dan ikan yang hidup di sekitarnya. Yang menjadi primadona dari tempat ini adalah ikan badut atau Nemo. Hanya dengan menenggelamkan kepala ke dalam air, saya sudah bisa melihat pemandangan cantik bawah laut Pulau Peucang, tidak harus bersusah payah menyelam hingga kedalaman sekian meter. Airnya yang tenang juga benar-benar sangat memudahkan untuk berenang, sehingga saya tidak kelelahan mengayuh melawan arus. Namun, untuk bermain dan berfoto bersama Nemo, setidaknya kita harus menyelam sedikit atau menenggelamkan diri dengan melepas pelampung.
Lepas snorkeling di dua spot dan makan siang di kapal, rombongan pun kembali ke penginapan untuk mandi dan istirahat sejenak menunggu sore. Begitu matahari mulai condong ke barat (akhirnya ada matahari setelah pukul 2 siang!), mengeksplor kawasan hutan Pulau Peucang pun dimulai, kami menyebut kegiatan ini tracking pohon kiara. Beberapa dari berbagai jenis tumbuhan yang ada di hutan tersebut terbilang unik dan baru kali ini saya temui, misalnya pohon kiara. Selain itu, ada juga pohon yang tampak seperti lubang pintu, sehingga disebut pohon pintu.
Perjalanan dilanjutkan ke Savana Cidaon. Untuk sampai ke sana, setidaknya harus menyeberang dulu dari Pulau Peucang menggunakan kapal motor sekitar 15 menit, kemudian dari dermaga dilanjutkan sedikit tracking. Di tempat ini terhampar luas padang rumput seperti di afrika. Hewan-hewan biasanya keluar untuk makan atau "bermain" di savana ini ketika pagi atau sore hari, ketika matahari tidak terlalu menyengat. Diantaranya ada banteng, burung merak, sapi, kijang, babi hutan, rusa dan tentu saja badak bercula satu. Namun sayangnya saat saya ke sana badak yang sudah terancam punah itu tidak terlihat. Jarak pandang dari tempat rombongan berdiri ke tempat hewan bermain pun cukup jauh. Maklum, satwa-satwa tersebut biasa hidup di alam liar, setidaknya kita harus berhati-hati menjaga jarak agar tetap aman.
Sebelum menyeberang kembali ke Pulau Peucang, saya dan yang lainnya menyempatkan untuk menikmati senja di tepi pantai di sekitar Savana Cidaon. Lembayung yang menggantung manja pada langit sore itu kurang gereget rasanya, karena banyak tertutup awan kelabu. Namun seperti apapun caranya menyapa langit, saya selalu mengagumi senja dengan semburat jingganya.
Senja di Pantai sekitar Savana Cidaon |
Kembali ke Pulau Peucang, kami makan malam di dermaga dengan ikan laut yang dibeli tadi siang dari penduduk sekitar desa dekat Ujung Kulon. Hanya Rp. 20.000 sekeranjang ikan segar untuk makan malam 20 orang kami dapatkan.
Siap dibikin ikan bakar. Yumm! |
Selepas makan malam, kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat. Sebetulnya malam hari sekitar pukul 20.30 ada acara santai dari agen perjalanan untuk ngopi, ngeteh dan makan pisang goreng. Tapi karena sudah terlalu lelah dengan aktivitas penuh sebelumnya, saya dan suami memutuskan tinggal di kamar untuk beristirahat dan tidur, agar esoknya kembali fresh.
Eksplor Pulau Peucang - Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) pun dilanjutkan ke hari kedua. Tapi... akan saya ceritakan di postingan berikutnya. Ditunggu ya! 😉
Buat yang belum baca tulisan saya tentang Pulau Peucang-TNUK yang pertama, silakan dibaca Peucang, Surga di Ujung Barat Pulau Jawa (Bagian 1), supaya nyambung dan nggak bingung.
-Filia-
Comments