Skip to main content

Peucang, Surga di Ujung Barat Pulau Jawa (Bagian 1)

Setelah sekian lama nggak mantai, akhirnya nemu waktu yang cocok untuk lari sekejap dari rutinitas dunia kerja dan bisingnya kota. Pertengahan Maret 2019, saya dan suami menyambangi sebuah pulau kecil di ujung barat Pulau Jawa bernama Pulau Peucang. Secara administratif, pulau ini terletak di Kabupaten Pandeglang, Banten. Letaknya di Selat Panaitan, tepat di sebelah timur Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).  Pulau Peucang juga termasuk dalam kawasan TNUK dan merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

Untuk mencapai pulau ini, aksesnya bisa dibilang gampang-gampang susah. Berangkat dari Kota Serang sekitar pukul 12 malam dengan ikut trip gabungan, terus mengarah ke Pandeglang, dan sampai di Kecamatan Sumur kurang lebih pukul 4.30 subuh. Pada bencana Tsunami Selat Sunda Desember 2018 lalu, Sumur ini merupakan kawasan dengan dampak tsunami terparah. Bahkan akses ke sini sempat terputus sehingga terisolasi beberapa hari. Namun kini Kabupaten Pandeglang mulai menata diri dan siap menawarkan wisata alamnya yang menakjubkan. Ujung Kulon sudah aman, jadi jangan ragu untuk mengeksplor kawasan TNUK.

Setelah solat subuh dan sarapan, kami pun menyebrang ke Pulau Peucang. Penyebrangan bisa diakses dari dermaga Sumur atau dari beberapa desa di sana dengan menyewa kapal kayu. Untuk harga sewa kapal, saya pun nggak tau angka pastinya. Informasi yang saya dapat hanya menyebutkan sekian juta rupiah. Untuk itu, bagi yang mau solo trip ke Pulau Peucang tanpa ikut trip dari agen perjalanan akan lumayan sulit.

Gerombolan ikan di dermaga
Perjalanan dengan kapal kayu dimulai sekitar pukul 7 pagi. Baru satu jam perjalanan berlangsung, saya mengecek ponsel dan sudah tidak ada sinyal. Oke, ini betul-betul pelarian menuju keterasingan! Pukul 10 kami tiba di Pulau Peucang. Apa yang kami lihat di sana adalah lukisan surga. Bukan melebih-lebihkan, tapi memang begitu adanya. Ternyata ada pantai seindah ini di dekat Pulau Jawa. Kawasan yang masih alami dengan pasirnya yang putih dan lembut seperti tepung, airnya jernih berwarna toska (kalau cuaca sangat cerah berwarna biru), ombaknya sangat tenang, banyak ikan di pantainya, dan yang lebih "wow" lagi adalah taman bawah lautnya yang luar biasa cantik! Berbagai macam hewan yang kadang bermain di tepi pantai misalnya rusa, monyet, babi, reptil mirip iguana (entah iguana apa bukan, tapi mirip), dan tentu saja burung pun ada. Begitu kapal bersandar di dermaga, ikan yang berenang di bawahnya langsung terlihat jelas. Duh, bikin nggak sabar ingin nyebur dan main air deh, padahal saat itu sedang hujan rintik-rintik.

Sesampainya di sana, kami langsung menuju penginapan untuk menyimpan barang bawaan dan istirahat sebelum melanjutkan aktivitas. Penginapan di sana hanya ada di satu titik saja dengan beberapa jenis kamar. Ada yang merupakan barak, kamar biasa dengan atau tanpa kamar mandi di dalam, hingga villa romantis. Nama kamarnya juga unik, menggunakan istilah biologi seperti Flora dan Fauna.

Rusa yang main di depan penginapan

FYI,  di sana juga ternyata enggak ada sinyal ponsel sama sekali. Meskipun salah satu provider seluler telah memiliki pemancar di pulau tersebut, namun kami tidak bisa melakukan panggilan suara ataupun mengirim pesan singkat. Hanya tersedia panggilan telepon darurat via satelit. Selain itu, listrik pun penggunaannya memiliki waktu yang terbatas, hanya pukul 18:00-06:00 WIB. Jadi kalau siang nggak bisa ngecharge ponsel atau kamera.

Lalu, apa aja yang bisa dieksplor dari Pulau Peucang - TNUK? Jawabannya di postingan berikutnya ya 😉

-Filia-

Comments

Popular Posts

Drunken Series

UNO

Peucang, Surga di Ujung Barat Pulau Jawa (Bagian 3)