Skip to main content

Linden, Berjuta Cerita dari Jerman

Linden (Tilia platyphyllos) adalah sebuah pohon yang berasal dari Eropa bagian tengah dan timur. Tingginya mencapai 40 meter dan batangnya berdiameter sekitar 1,8 meter. Daunnya berwarna hijau tua dan berbentuk hati dengan lebar sekitar enam hingga 15 centimeter. Bunganya berwarna putih kehijauan dan dapat kita temukan pada bulan Juni. Jangan tanya berapa tahun pohon linden bisa bertahan hidup, karena ia dapat tumbuh hingga ratusan tahun. Pohon yang multifungsi ini umumnya ditanam sebagai penghias taman atau pembatas jalan, seperti yang ada di Berlin, dikenal dengan nama "Unter den Linden". Bunganya menghasilkan madu yang manis untuk makanan lebah, dapat juga diseduh dalam teh sebagai minuman relaksasi. Kayunya sangat berguna untuk kayu bakar, bahkan pada abad pertengahan digunakan sebagai bahan untuk seni ukir dan patung. Pucuk-pucuk daun mudanya bisa dijadikan sajian sebagai salad.

Linden dan Tradisi
Tradisi bahwa pohon linden sering dijadikan penanda pusat kota atau desa sudah ada sejak lama. Saat ini kita dapat menemukan pohon-pohon yang usianya ratusan tahun tersebut di beberapa pusat kota tua di Jerman. Dahulu, di bawah pohon inilah para warga kota dan desa sering mengadakan pesta dan menari, sehingga ada salah satu pohon linden tua di Jerman yang diberi nama Tanzlinden (Tanz: tarian). Selain itu, penduduk kota atau desa seringkali menanam pohon ini setelah berakhirnya perang sebagai simbol dari perdamaian, misalnya ketika Perjanjian Westphalia yang mengakhiri perang 30 tahun di Jerman ditandatangani.

Linden dan Mitologi
Dalam mitologi Teutonic atau Norse (nordik), pohon linden identik dengan Dewi Freyja (Frau Holle) yang dikenal dengan dewi cinta, kecantikan, dan kesuburan. Dikatakan demikian mungkin karena daunnya yang berbentuk hati atau mungkin karena pada abad pertengahan pohon ini sering dijadikan tempat memadu kasih, yang jelas tidak pasti alasannya. Karena pohon ini identik dengan Dewi Freyja yang seorang perempuan, maka dalam bahasa Jerman disebut die Linde. Dalam mitologi Celtic (kelt), pohon linden diyakini dapat memberikan kebijaksanaan dan keadilan. Maka tidak heran jika pada abad pertengahan sering dilakukan pengadilan terbuka di bawah pohon ini. Begitu pun di Jerman, pada abad pertengahan pengadilan desa dilakukan di bawah pohon linden.

Linden dan Sastra
Kepopuleran pohon linden ternyata merambah hingga ke dunia sastra, khususnya kesusastraan Jerman. Pohon linden banyak disebut dalam puisi maupun prosa. Minnelied (syair atau lirik yang terkenal di Jerman pada abad pertengahan) karangan penyair Walther von der Vogelweide berjudul "Under der Linden" (Unter der Linde) misalnya, mengisahkan seorang gadis desa yang menceritakan kisah cintanya bersama seorang ksatria di bawah pohon linden. Sebuah puisi karangan Wihelm Müller yang dimusikalisasikan oleh Franz Schubert berjudul "Am Brunnen vor dem Tore" juga menyebutkan pohon linden. Bahkan sastrawan nomor satu Jerman, Johann Wolfgang von Goethe menuliskan nama pohon linden dalam salah satu karyanya yang berjudul "Die Leiden des Jungen Werthers". Diceritakan bahwa sang tokoh utama, Werther, sangat menyukai pohon linden dan meminta agar ketika ia meninggal dimakamkan di bawah pohon cantik ini.

*tulisan dari berbagai sumber

- Filia -

Comments

Runi said…
Pil aku mau cek bisa komen atau engga. haha

Popular Posts

Drunken Series

UNO

Peucang, Surga di Ujung Barat Pulau Jawa (Bagian 3)